Wednesday, February 11, 2009

Aku dan Butut Si Rini

Sore itu, sabtu, 8 oktober 2008, ratapan sepeda motor butut itu menyapa aku. Sepeda motor itu rasanya ingin menjerit meratapi nasibnya. Tak ada perawatan baginya. Sesekali ratapannya terdenger nyaring.

“ktuk…ktuk…ktuk…,” suara ratapan sepeda motor itu menyapa aku. Spad boot belakangnya bergetar kencang menahan beban. Dari belakang Spad boot itu bagaikan ekor bebek di timpa beban yang maha berat.

Ya, sepeda motor butut itu dikenderai oleh wanita muda dengan postur tubuh bongsor. Sesekali senyumnya mendarat kearah aku. Tak luput kacamata minusnya menyorotku dengan tajam.

Zulfarini nama sejatinya. Dia wanita kelahiran Banda Aceh pada 18 Juni 1987 silam. anak bungsu dari empat bersaudara dari pasangan Zulfikar, dengan Suwarni.

Masa kecilnya dihabiskan di kampung kelahirannya. Sedari kecil dia telah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mandiri dan menghargai waktu. Agenda kegiatan sehari-hari telah ia catat di dalam buku hariannya. Dari waktu belajar sampai bermain.

berbeda dengan penampilan anak perempuan lainnya. Nyaman dengan gaun mekar bak putri raja, rambut berponi kuda bertemankan boneka-boneka barby. Hal itu jauh dari masa kecil Zulfarini. Anak perempuan tomboy menjadi identitasnya waktu kecil.

“Aku dulunya waktu kecil tomboy lho,” ungkap dia dengan gelak tawa penuh kebanggaan.

Namun, perempuan kecil itu, dia yang hadir di depan saya di hari tersebut berpenampilan modis ibarat sang putri raja, suatu hari di bulan Oktober 2008. Dua puluh satu tahun usianya kini.

Dia juga terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam atau KPI di Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Banda Aceh.
Awalnya, batinnya meronta mendengar Ia lulus di Fakultas Dakwah. Harapan untuk menjadi pakar hukum, kandas telak di tangan fakultas dakwah.

“Welkom the Dakwah Faculty”. Kaku darah dan ngilu dia mendenger Fakultas dakwah akan jadi bagian dari hidupnya.

“aku akan jadi daiyah, tidak…!!,” meratapi nasibnya ketika itu, bagai di sambar petir melihat ketidak lulusannya di Universitas Syiah Kuala atau UNSYIAH. menjadi pakar hukum kelaknya pupus sudah.

“Gosong sudah harapan aku,” ratapnya kembali dengan penuh pasrah.
Gusar, takut, asing, bercampur gundah menjadi malaikat maut yang sewaktu-waktu akan menyapanya dengan kasar.

Pada pertengahan bulan Juni 2005, namanya telah tersenyum lebar di bagian akademik Fakultas Dakwah. Namun berbeda dengan Zurfarini, mukanya murung melihat namanya melekat kuat di absensi. Dia masih mengambang dalam mimpi tak bertuan.
Hari, bulan dan tahun terasa berjalan lamban. Tapi itu mengajari dia untuk beradaptasi dengan bumi baru dalam hidupnya.

Memasuki semester kedua. Dia telah menerima kenyataan. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam atau KPI telah menjadi bagian dari hidupnya.
“Ternyata, teman-teman aku luar biasa di KPI. Mereka memberi arti makna persahabatn,” ceritanya dengan terharu.

Teman-temannya menilai sosok Zulfarini adalah orang yang berperangai baik hati, walaupun sesekali dia membuat lawan bicaranya kesal.

“Baik kali dia itu, sampai-sampai aku pingin tonjokin dia. Badannya yang lebar itu membuat aku jadi gak kuasa tonjokin dia,” ucap Nur khalis sambil gigit gigi.

Kini ada sebuah makna kehidupan bagi Zurfarini yang menjadikannya tegar dalam kehidupan. “apa yang kita pikirkan itulah kita. Bila kita berpikir kita akan berhasil, maka kita akan berhasil,” katanya dengan puitis.

13 comments:

Rasnadi Nasry said...

pak...
tulisan jenis apaan sih??
profil ato feature?? wah keren benget deh walopun aku ga' tau jenis tulisannya hehehehe....
tapi''''''
boleh kritik dong pastinyaaaa..... kenapa identitas orang pertama tunggalnya kadang2 aku, kadang2 saya?? jangan beda dong,, jadinya aneh gitu.??? bumi dengan dunia beda lhooo.....

Liza Marthoenis said...

iya,..setuju dengan rasnaldy,..kalo menurut liza itu profil yang ditulis dalam bentuk feature,..bener ngga pak jufrizal?

jufrizal said...

Nasry :
terimakasih Nasry. ya benar kata kamu. ada dua makna "aku" di situ. "aku" subjek dari penulis. "aku" objek yang di sorot atau di tulis.
biar enak dibaca dan gak rancu, oke deh aku edit yang ada kata "saya".

liza :
yoi Liza.emanglah lisa analisanya tinggi kali.

Anonymous said...

Salam kenal jg..
Terimakasih sudah mau mampir ke blog-ku yg minimalis itu..
Temennya Didik ya? Tp, Didik skrg udh gak di Pantau, lg sibuk urus skripsi...Dia anak 'aneh' temen ketemu di Gunung jaman SMA dulu...
Keep write done ya...

jufrizal said...

iya, aku tau mbak bunga!!
tapi, kami sekarang bergerilya untuk Aceh feature. dan kantornya di Aceh.
aku kenal bg didik, waktu dia pertengahan tahun 2008, waktu dia ke Aceh

Baka Kelana said...

Tumben sepeda motor bisa menyapa bro..?

keren postingannya

salam kenal dari
http://aneukagamaceh.wordpress.com

jufrizal said...

he..he..iya..ya!!ko sepeda motor bisa nyapa

duniaita.blogspot.com said...

Ass, senang rasanya tiba-tiba ada yang menyapa dari jauh. Seperti Hujan di musim kemarau..he..he, abis gimana yah sejak pindah blog udah jarang yang comment langsung..but..thanks buat sapaannya..aku tunggu comment2 selanjutnya yah....

jufrizal said...

waalaikumsalam...mbak ita!!! jadi terharu ni...

Liza Aprilia said...

assalamualaikum...

kunjungan balasan :). tulisannya bagus-bagus.. senang bacanya. jadi pengen ke aceh :P

kucrito_berpetuah said...

salam kenal juga mas...
kyknya namamu gak asing di TV...
mirip apa emang itu mas yah?
hohoho...

bahasa posting mu menyenangkan...

duniaita.blogspot.com said...

MAunya sih ke sana tapi sama aja di jakarta menjelang pemilu jauh lebih complicated. kapan-kapan aja kalau mau jalan-jalan. temen2 lebih suka membahas blogku kalo lagi ngumpul jadi biasanya bisa lebih komplit.

jufrizal said...

kucrito, kamu bisa aja ya!!aku jadi malu.eem..emm..maklomlah, aku kan ada aroma orang-orang terkenal...
jadi malu ni.he..he..