Saturday, February 21, 2009

Hidup Dengan Jantung Pisang

Siang itu, pertengahan Desember 2008, aku sempat beberapa kali mondar-mandir dengan sepeda motor di kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh. Mata aku mengamati tiap plang atau papan nama di sepanjang sisi jalan.

“AKA Home Industry”, hanya huruf-huruf itu menjadi petunjuk aku di siang itu.

Rumah itu sederhana. Dindingnya bercat putih. Warnanya mulai kusut dimakan waktu. Aku berjalan pelan menuju rumah itu.

“Apa ini rumahnya ibu Halimah”, tanyaku pada wanita paruh baya.

“Iya, saya ibu Halimah, silakan masuk” jawabnya kembali dengan ramah.

Penampilannya sederhana. Rambutnya sudah mulai memutih. Peluh terbit dari pori-pori kulitnya. Sesekali senyumnya menyapa aku.

Aku melangkah dalam rumahnya, bungkusan-bungkusan kardus saling tindih menindih tersusun dengan rapi. Sebuah mesin penggiling berhenti “menggaung” pada sore itu.

Halima juga seorang janda. Dia berusaha keras membanting tulang untuk kebutuhan keluarganya. Sudah 18 tahun dia menjadi single perend. Munawar Yunsa nama almarhum suaminya.

Sejak meninggal suaminya, dia ibarat perahu layar bagi anak-anaknya. Dia mengarungi perjuangan hidup ini, untuk mencapai dermaga kehidupan bagi keluarganya.

Mata yang dingin. Aku menatapnya tajam. Dia tak menoleh. Suaranya serak menahan haru. Bola matanya berkaca-kaca. Dia menunjuk lurus kedepan. Aku melihat lurus kearah tangannya.

“Mesin itu bantuan Calgap. Saya bersyukur mendapat modal usaha dari Calgap. Mesin itu memutar semangat kami menata kembali ekonomi keluarga pasca tsunami,” tutur Halimah sambil menunjuk ke arah mesin penggiling itu.

Calgap adalah singkatan dari Canada-Aceh Local Government Assistance Program. Program ini didukung oleh Canadian Internasional Development Agency atau CIDA.

Tujuannya untuk mendukung rehabilitasi pasca tsunami dan rekontruksi di Aceh. Dan upaya untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk membangun perdamaian dengan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah.

Pasca tsunami 2004 silam, korban nyawa berjatuhan. Roda pemerintahan Aceh dan ekonomi masyarakat lumpuh dari aktifitasnya. banyak orang kehilangan harta benda dan mata pencahariannya.

Bantuan dari pemerintah dalam bentuk “jatah hidup” adalah ujung tombak untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Selain itu, Calgap melalui Community Support Fasility (CSF) bekerja sama dengan pemerintahan kota Banda Aceh turut membantu menata kembali perekonomian masyarakat dalam mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah atau UKM pasca tsunami 2004 silam.

Awal tahun itu, Januari 2008 silam, AKA Home Industry adalah Unit kegiatan rumah tangga yang mendapat angin segar dari program Calgap. Sebelumnya, UKM ini sempat mati suri dari aktifitas produksinya. Kekurangan modal mengakibatkan unit usaha ini jatuh bangun untuk mengembangkan usahanya.

Usaha industri rumah tangga ini, awalnya di kelola oleh Halimah bersama anak-anaknya untuk membantu penghidupan ekonomi kelurganya.

Tapi kini, sepuluh anggota aktif sudah berlabuh di dermaga AKA Home Industry. Kesemua anggotanya adalah kaum perempuan yang bermukim di Dusun Melati Ie Masen Ulee Kareng, Banda Aceh.

Halimah adalah sosok perempuan yang berperan penting lahirnya AKA Home Industry. UKM ini berdiri pada 2002 silam. Dendeng jantung pisang dan saos belimbing adalah dua andalan komuniti produksinya.

Awalnya, anggota kelompok ini merasa pesimis akan gagasan Halimah tentang industri dendeng jantung pisang dan saos belimbing. Karena produksi ini asing bagi kalangan masyarakat. Dia berusaha menyakinkan bahwa kedua produksi itu memiliki mutu di pasaran nantinya.

Dia rajin mempromosikan produknya dengan cara mengikuti acara pameran produk hasil Usaha Kecil dan Menengah atau UKM di tingkat daerah dan nasional. Ternyata, jantung pisang dan saos belimbing menjadi unggulan dalam acara itu.

Tapi, kini berkat kerja keras Halimah. Ia telah mampu menciptakan lapangan kerja bersama bagi kaum perempuan dalam membantu perekonomian di dusunnya itu.

“Alhamdulillah dengan usaha ini, kami memiliki kelompok usaha sendiri. Dan ini sangat membantu perekonomian keluarga,” tutur Cacakee Rinunatee Yunsa. Dia adalah anggota AKA Home Industry.

“tuk..tuk..tuk..,” batu itu saling bertumbukan dengan tongkat dari kayu. Tangannya tak kuasa menahan paksaan bergerak naik turun sambil mencengkaram kuat tongkat itu. Peluh keluar di sekujur kulitnya.

Ya, sebelum mendapat bantuan dari calgap. Halimah bersama kawan-kawannya, menggunakan alat penumbuk dari batu untuk menumbuk dendang jantung pisang dan belimbing.

“dulunya, kami menumbuknya dengan alat penumbuk dari batu,” kisahnya pada aku.

Keterbatasan alat juga ikut membuat kuantitas produksinya tidak sebanding dengan permintaan konsumen.

Dengan dukungan alat yang semakin memadai, kini usahanya terus berkembang. Pemasaran pun kini telah merambah pasaran lokal dan internasional.

“Kami mencoba mempromosikan ke negara tetangga, dengan memamfaatkan kehadiran lembaga asing di Aceh,” ungkap Halimah.

Halimah juga berkeinginan untuk menjadi trainer bagi masyarakat Aceh, khususnya kaum perempuan. Dengan ini nantinya mereka bisa membantu menutupi kebutuhan keluarganya masing-masing.

“Saya ingin orang Aceh berkembang di bidang pemberdayaan ekonominya” harapnya dengan semangat.

5 comments:

duniaita.blogspot.com said...

Jangan gitu ah, masih pengen hidup nih....lagian kalau memang mau tamat biarkan Allah yang menamatkan dengan cara yang terbaik

kucrito_berpetuah said...

tapi beneran kok mas,,,pernah muncul di stasiun TV gak sih..hahaha

weh,,thu asli buatan ku ... kyknya tulisan ku biasa aja deh...

Anonymous said...

maksudnya apa itu mas????


pisang???


pasti terus ngoceh. he3.


semangat....


iloveyogi.blogspot.com


www.deaq.co.cc

Tasbih said...

No coment

jufrizal said...

duniaita.blogspot.com: wah maaf masuk waktu 4 tahun baru aku baca dan balas komennya!!tadi penasaran kembali membaca tulisan2 lamaku di Blog, ee..ee,,ternyata ada yang komen. salam hangat.

kucrito_berpetuah: ha..ha..jawabannya 4 tahun menanti jg akhirnya!!kok di TV lokal Aceh ada sih tampil. kok TiPi nasional, blm lulus sensor kali ya.

Yogi Dwi Mahandi: maksudnya dendeng jantung pisang, blm pernah makan kan? nah kok mau tahu rasanya mesti ke Aceh.

Jadilah Diri Sendiri: Itu komennya jg,he,,he,,