pantau, 29 maret 2008
”
Suasana kantor cukup terasa di lantai ini. Kliping-kliping suratkabar lokal dan nasional ditempel di papan informasi. Di papan yang sama juga ditempel sehelai kertas yang berisi bait-bait mirip puisi, yang ternyata mars
Perempuan bukan sekedar pelengkap
Tapi ia juga pejuang
Perempuan bukan hanya sekedar nama
Ia harus ikut menentukan kejayaan
Negaranya
Jangan abaikan suara perempuan
Dalam percaturan politik bangsa
Perempuan itu tiang negara
Beri kesempatan yang sama
Nurjannah menyambut kedatangan saya. Penampilannya sederhana, umurnya sekitar 40-an. Logat Acehnya kental ketika bicara bahasa
”Keterlibatan perempuan dalam politik sangat minim dibandingkan dengan kaum laki-laki. Karena itu pengurus
Zulhafah Luthfi, Ketua Umum PARA, yang saya tunggu sedari tadi akhirnya muncul. Kerudung warna mirabella atau merah jambu pekat menutupi kepalanya, membingkai wajah bulatnya. Zulhafah kelahiran Lhokseumawe, hampir 57 tahun silam. Ia memiliki tiga anak; satu laki-laki, dua perempuan. Sebagaimana suaminya,
Menurut Zulhafah,
’’
Sekarang PARA punya cabang di 14 kabupaten dan
Kini proses verifikasi PARA oleh kantor wilayah departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di Aceh memasuki tahap akhir, yakni peninjauan akan keberadaan PARA di setiap kabupaten atau
Partai ini dideklarasikan pada 20 Mei 2007, setelah para pendirinya sepakat menunjuk Zulhafah Luthfi sebagai ketua umum.
Oh, ya, dengan partai nasional mana
”Sejauh ini belum ada,
Namun, Agus Miati Khatijah, Ketua Dewan Perwakilan Daerah PARA Aceh Besar, punya jawaban yang lebih tegas lagi tentang partai nasional.
”Saya sudah kapok membantu partai-partai nasional dulunya. Mereka sudah memiliki kekuasaan. Cita-cita atau janji yang disampaikan kandas begitu saja,” katanya, dalam sebuah wawancara dengan saya.
Namun, belum banyak perempuan Aceh yang mengetahui keberadaan
”
”Nyoe kana partai perempuan, tapileh partai perempuan mantong (kalau sudah ada partai perempuan, milih partai perempuan saja),” lanjutnya, tersenyum.
Di sebuah warung kopi yang berada di pinggir jalan Dayah U Paneuk, Meureudu, ramai anak muda minum kopi sambil membaca koran. Zainuddin Umar Yusuf, termasuk di antara mereka itu. Ia sibuk menyimak lembaran-lembaran koran yang berserak di atas meja. Perawakannya kecil. Puntung rokoknya yang hampir jatuh tak disadarinya, karena terlalu asyik membaca.
”Get that nyan meunyoe kana partai perempuan, tinggai geutanyoe ureung agam ta peudong partai ureng agam (Bagus kali kalau sudah berdiri partai perempuan, tinggal kita kaum laki mendirikan partai lelaki),” ujarnya, tertawa.
2 comments:
salam, wah, cukop that mantap ka tulisan awak droe, berkarya terus, jangan berhenti selama nadi masih berdenyut,
hi, salam kenal...
Post a Comment